Proyek U-Ditch yang anggarannya memakai uang negara dan hasil pajak dari keringat rakyat ini bukanlah sedikit. Ketika Wali Kota Medan memulai proyek U- Ditch, banyak masyarakat berharap kota terbesar ketiga di Indonesia ini tidak kebanjiran lagi ketika hujan turun dengan deras. Apalagi jumlah penduduk yang semakin padat ditambah meriahnya pembangunan perumahan tentunya berharap kenyamanan, dan keamanan terutama tidak banjir ketika turun hujan adalah harapan seluruh warga masyarakat kota Medan. Namun hal ini berbanding terbalik dengan harapan. Meski Proyek U-Ditch terus berjalan dan membuat galian yang mengganggu pengguna jalan, kota Medan tetap saja banjir ketika turun hujan. Hal ini membuat warga bertanya-tanya, apa manfaat U-Ditch dibangun, kalau tetap saja banjir?.
Amatan awak media di lapangan, hampir disemua tempat di kota Medan dilanda banjir. Rumah rumah penduduk yang sebelumnya tidak pernah banjir saat ini sudah menjadi langganan banjir. Banjir masuk tidak pandang bulu, rumah anggota DPRD Kota Medan di dapil 1 pun turut banjir.
Antonius Tumanggor, anggota DPRD Kota Medan dari Dapil 1 misalnya, saat hujan yang mengguyur kota Medan pada Senin malam kemarin membuat rumah tempat tinggalnya pun kebanjiran, padahal dia sedang melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Aceh. Kepada awak media dia mengaku kawatir sebab, pada saat itu dia tidak sedang berada dirumahnya. " Saya sedang kunker ke Provinsi Aceh, dan mendapat kabar dari istri, rumah kami Kebanjiran. Hal ini membuat saya kawatir dan resah, ini yang sudah ke empat kali sejak saya duduk menjadi dewan, rumah saya Kebanjiran padahal sebelumnya tidak pernah,"kata politisi dari partai Nasdem ini.
Antonius Tumanggor mengatakan bahwa kondisi kota Medan yang banyak dialiri sungai namun minim serapan sehingga perlu diantisipasi dengan melebarkan sungai sungai yang ada. Pembuatan drainase dengan menggunakan U-Ditch bukan solusi jika sungai belum dibenahi dengan baik. Air hujan akan mengalir ke sungai lalu keluar dan kembali lagi dan merendam jalan serta rumah rumah rumah yang dilewati.
Sementara itu, mantan anggota DPRD Kota Medan yang juga pengusaha Milenium Plaza, Drs. Heri Zulkarnain, Hutajulu, M.Si melalui akun tiktok nya mengatakan rumah kediamannya pada hari Selasa (26/9) kebanjiran. Dalam video tersebut Heri Zulkarnain yang selama ini dikenal dekat dan akrab kepada awak media mengaku sejak 20 tahun tinggal di Jalan Sei Besitang Kelurahan Sei Sikambing D Kecamatan Medan Petisah kota Medan rumahnya tidak pernah kebanjiran. Dia mengetahui rumahnya banjir saat pulang kerja. Dia berharap pemko Medan mampu menyelesaikan permasahan banjir yang akhir akhir ini kerap terjadi di kota Medan.
Menanggapi keluhan ini, secara terpisah, Ketua DPC Partai Solidaritas Indonesia Kota Medan, Renville Napitupulu ketika diwawancarai awak media, Selasa (26/9) tentang banjir yang terjadi kota Medan menerangkan, sangat prihatin kota Medan saat ini kerap menjadi langganan banjir. Selaku wakil rakyat dari dapil 1 kota Medan, Renville Napitupulu mengakui bahwa proyek U-Ditch yang ada sekarang memang belum bisa menuntaskan persoalan banjir di kota Medan, meskipun di jalan jalan primer bahkan sekunder sekalipun sudah dilakukan proyek U-Ditch. Karena tidak diketahui memang mana hulu dan hilir dari proyek tersebut. Renville pun menambahkan perlu dikaji lebih dalam lagi proyek U-Ditch selagi belum diketahui hilirisasi drainase, termasuk normalisasi sungai yang ada.
Menurut legislator yang duduk di komisi 4 ini, Proyek pembangunan drainase dengan metode U-Ditch ternyata tidak berhasil mengatasi persoalan banjir di Kota Medan.
Dalam wawancara yang sama, Renville Napitulu meminta petugas P3SU terus melakukan pengecekan dan pembersihan proyek U-Ditch yang sudah terpasang, sehingga tidak terjadi sumbatan. Renville juga mengimbau warga masyarakat untuk tidak sembarangan membuang sampah ke sungai.
Salah seorang warga Jalan Krakatau yang rumahnya kebanjiran bernama Sumuang, mengatakan proyek U-Ditch menurutnya bukan proyek drainase, tapi ibarat proyek bak penampung air, karena airnya tidak mengalir. Begitu paritnya penuh, maka airnya tumpah ke jalan dan masuk ke rumah rumah warga. Inilah yang terjadi di jalan Krakatau, Thamrin, Cut Nyak Din dan sejumlah ruas jalan lainnya.
Padahal,proyek galian tersebut sudah menghabiskan dana ratusan miliar sejak tahun lalu. Sumuang sangat menyayangkan proyek tersebut, karena tidak tau kemana air dari proyek itu mengalir saat volume air meningkat.(MR/Ir/KP)